Dampak Revolusi 4.0 Terhadap Ketahanan Nasional
Oleh: Â Mally Ghinan Sholih
Peserta LATSAR CPNS LAN RI Gelombang 5 Angkatan XV tahun 2022 REPUBLIK Indonesia berdiri  atas jasa para pendiri dan pejuang bangsa atau dikenal dengan The Founding Father yang berasal dari berbagai macam agama, ras/suku dan pendidikan yang memiliki visi dan misi yang sama yaitu Indonesia merdeka. Sebagai generasi muda, tentu perlu mengapresiasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan  yang sangat panjang dengan mengorbankan jiwa dan raga. Sehingga untuk mengenang perjuangan bangsa tersebut, dalam pidatonya pada HUT RI pada 17 Agustus tahun 1966 Ir. Soekarno mengeluarkan pernyataan “JAS MERAH†atau Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah yang dimaknai Indonesia akan mengalami era revolusi dari zaman ke zaman yang tentu akan ada berbagai tantangan dan rintangan baik dari dalam ataupun luar negri, yang dapat mengancam lunturnya jiwa patriotisme, nasionalisme dan mengikis nilai-nilai budaya bangsa yang bertentangan dengan nilai-nilai ideologi Pancasila. Sehingga perlu adanya flashback untuk mengingat sejarah perjuangan para founding father dan pahlawan bangsa untuk kemerdekaan Indonesia. Pasca fase kemerdekaan Indonesia, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengisi kemerdekaan tersebut dengan berbagai macam kegiatan yang dapat mengharumkan nama bangsa misalnya menunjukkan prestasi dalam bidang olahraga, seni budaya dan buah karya pemikiran. Seiring dengan kemajuan zaman, Indonesia dihadapkan dengan fenomena revolusi 4.0, di mana memasuki era globalisasi digital yang akan mempengaruhi berbagai macam aspek termasuk ketahanan nasional. Revolusi  industri 4.0 merupakan cyber physical system, yang di dalamnya merupakan kolaborasi antara cyber dengan teknologi otomatisasi dan merupakan era tranformasi digital. Era digital erat kaitannya dengan Internet of Things (IoT) di mana segala sesuatu kegiatan manusia terkoneksi dengan internet. Penggunaan internet juga secara pesat merambah ke berbagai seperti digital connectivity  dengan berbagai macam aplikasi seperti Whats App, Telegram, Instagram, Snap Chat yang memungkinkan seseorang untuk saling berkomunikasi secara dunia maya. Bahkan pengembangan terbaru dalam media sosial yaitu platform metaverse yang merupakan ruang virtual di mana manusia dapat terhubung satu dengan lainnya misalnya untuk menghadiri rapat, menjelajah dunia, menonton konser dan lainnya. Data dari harian kompas, pengguna internet di Indonesia mencapai 210 juta jiwa pada tahun 2022 pada semua kalangan sehingga perkembangan teknologi yang pesat dan bombardir informasi yang masif tidak bisa dibendung lagi dan kita dihadapkan pilihan apakah akan tergerus dan ketinggalan atau adaptif terhadap perubahan. Sebagai generasi millenial tentu kita harus mampu memanfaatkan kemajuan platform digital secara aktif, kreatif dan inovatif sehingga dapat menginspirasi generasi muda sebagai agen perubahan lingkungan. Misalnya saja dalam bidang ekonomi, generasi muda berpotensi mengembangkan ekonomi kreatif berbasis kearifan local yang dapat mendongkrak UMKM dengan memanfaatkan platform digital seperti e-commerse untuk berbisnis dan bersaing secara global. Dibidang social budaya, dunia digital dapat dimanfaatkan sebagai wadah promosi kebudayaan suatu negara, sehingga dapat dikenal oleh mancanegara. Akan tetapi jangan sampai terjadi asimilasi budaya yang menimbulkan budaya baru dan menghilangkan ciri khas nilai budaya itu sendiri, sebaliknya justru harus memperkaya dan mengembangkan budaya yang ada. Salah satu negara yang memanfaatkan platform digital sebagai sarana promosi kebudayaan yaitu negeri ginseng Korea Selatan, dimana dalam dunia entertain mulai film, drama, reality show, music/K-POP selalu menyelipkan budaya mereka seperti elektronik, kuliner, pakaian, bahkan tempat wisata yang mengakibatkan budaya Korea Selatan dikenal dan dilirik oleh mancanegara. Hal tersebut berdampak juga pada keinginan orang asing  untuk berkunjung ke negeri ginseng tersebut. Bukan hal yang tidak mungkin bagi generasi muda Indonesia untuk melakukan yang serupa yaitu memajukan budaya dengan promosi menggunakan sarana digital yang kreatif dan inovatif. Selain itu, digitalisasi dalam dunia pendidikan juga memicu adanya gagasan smart campus dengan literasi digital untuk memudahkan dan menunjang kegiatan kampus seperti integrasi dan sentralisasi data yang dapat mempercepat, memudahkan pelayanan, meminimalisir kesalahan dan menurunkan biaya operasional. Selain itu smart campus menunjang pembelajaran secara online,  terlebih di era covid-19 yang mendorong penggunaan media pembelajaran daring dengan menggunakan aplikasi zoom, google meeting, kahoot, google classroom, quizzis dan lain sebagainya Fenomena globalisasi era digital seperti pisau bermata dua, bisa memiliki dampak positif dan dampak negative yang dapat mempengaruhi dunia termasuk Indonesia secara ideologi, politik, ekonomi social, budaya pertahanan dan keamanan. Limpahan informasi yang diperoleh dari media social akan sangat memungkinkan menyesatkan apabila kita tidak memfilter informasi tersebut sehingga termakan berita hoax (berita bohong), penggiringan opini, cyber bullying, penipuan, tindakan kejahatan,  ujaran kebencian dan masuknya faham radikal yang akhirnya akan memecah belah persatuan dan mengikis nilai-nilai budaya luhur bangsa. Ancaman tersebut dapat ditangkal dengan kesiapsiagaan bela negara dengan buiding character berdasarkan nilai-nilai pancasila. Pancasila merupakan falsafah bangsa yang dihasilkan dari pemikiran jenius para pendiri bangsa dan dikenal juga  the way of life bangsa Indonesia yang mana merupakan cara pandang atau pedoman hidup bangsa yang mana diangkat dari nilai-nilai adat, budaya dan unsur religious masyarakat Indonesia. Pancasila bersifat actual, dinamis dan antisipatif sehingga dapat menyesuaikan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Penanggulangan potensi lunturnya nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dapat ditangkal dengan adanya character building sejak usia dini sampai dewasa. Menurut Haynes C, Character buildingis never ending process artinya pembangunan karakter merupakan poses yang tidak berkesudahan dimana seluruh pihak khusunya guru dan dosen sebagai ujung tombak dalam pembentukan character building tersebut . Lalu, karakter yang bagaimana yang perlu dibangun? Tentu saja karakter yang sesuai jiwa budaya bangsa yang etis, bermoral, kreatif, inovatif, cerdas, kritis, gigih,berkomitmen, optimistik dan humanistik. Revolusi mental dicetuskan oleh Ir. Soekarno dan diserukan kembali oleh pesiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan untuk menunjukkan adanya dukungan akan perubahan terhadap pola pikir yang cepat yang adaptif kemajuan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur Pancasila. Jadi marilah menjadi generasi cerdas, berbudaya dan ikut berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan bangsa Indonesia. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: